Banyak Warung di Taman Nasional Komodo

Kaget melihat Taman Nasional Komodo sekarang banyak warung! Sepertinya begitu TN Komodo jadi sangat populer oleh turis Indonesia, mulailah bermunculan warung. It’s supply and demand! Enak sih abis berenang ada yang jualan minuman dingin dan mie instan panas. Lagipula, bisa membantu perekonomian lokal.

Di sisi lain, pulaunya jadi kurang alami dan asri. Sedihnya, sampah menumpuk di darat. Belum lagi plastik kemasan dan minuman kaleng bertebaran di dalam laut! Saya pribadi sih tidak setuju adanya warung, tapi tidak mau juga mematikan rejeki orang. Mungkinkah ada tapi tetap bersih?

Padar Island, the most popular photo spot in Komodo National Park!

Sekarang sudah ada tangga permanen sampai ke puncak! Jarak antar anak tangga pun cukup nyaman didaki sehingga memudahkan orang segala umur. Saya aja yang lututnya lagi nyeri selamat naik, meski turunnya bikin nyut-nyutan parah.

Dengan fasilitas yang memudahkan ini, akibatnya jadi ruame buanget! Bayangkan bagaimana berebutan spot seuprit dengan ratusan orang yang pengen difoto sendiri-sendiri, berdua, segrup, ganti kostum, dandan, bawa kain, foto produk, pakai ponsel, kamera, drone, dll, dsb!

Peraturan baru PPKM di Pulau Padar sih dibatasi maksimal 300 orang/hari yang dibagi 3 slot waktu. Lalu wajib pakai masker dan dicek suhu. Kenyataannya? Bubar kabeh! Lha semuanya naik jam 5 pagi! Beruntung rasanya pernah ke sini pada saat tidak ada tangga dan tidak ada kapal lain. Ada yang sudah pernah ke sini? Bagaimana kondisinya?

Family trip: bolehkah anak di bawah 12 tahun naik pesawat? (Save ya!)

Peraturan pemerintah per kemarin menyatakan boleh, asal tes PCR.
Trip keliling Taman Nasional Komodo bersama keluarga besar 16-20 Oktober sih bisa juga. Anak-anak tes PCR, bawa surat sehat dari dokter dan surat keterangan bepergian dari orangtua masing-masing, lalu divalidasi Satgas Covid bandara. Tapi itu naik maskapai grup Singa, yang katanya beda maskapai beda peraturan.

Apapun peraturannya (yang sering ganti dan tidak seragam), perhatikan bagaimana prokes selama trip kemarin: PCR nambah Rp 1 juta/kepala. Social distancing? Ga ada sama sekali tuh di bandara/pesawat/bus! Tracing? e-Hac di pedulilindungi aja ga dicek di CGK! Cuci tangan? Toilet bandara DPS ga ada sabunnya! Masker? Kayaknya cuman di Jakarta aja yang tertib. Cek suhu? Apa itu?
Intinya, hitung resikonya dan selamatkan diri masing-masing!