Kita terus-terusan dahaga untuk melakukan perjalanan selanjutnya bukan saja karena ingin rehat dari ketegangan pasca ujian semester atau penat dengan rutinitas depan laptop setiap hari, serta pening nya mata berjoget di TikTok, namun sejatinya karena antusiasme menyambut pengalaman baru, mendengar bahasa baru, dan tentu saja untuk menyeruput kopi di lokasi yang biasanya kita pandangi dari gambar di Pinterest.
Tanpa sadar sensasi seperti diatas memberi efek adiktif. Ketagihan. Selalu ingin lebih. Menandakan kita sebagai manusia menyukai sebuah penelusuran, lapar akan keingintahuan. Terkadang destinasi bisa berbelok atau bahkan kita bisa mendadak menjadi pribadi yang rela sabar berdiri menunggu lama di siang bolong demi mencicipi sebuah pengalaman baru. Padahal mungkin saja di tempat kita berasal, mengantre sepanjang 5 meter untuk menarik tunai di ATM saja kita sudah gusar.
Di tiap perjalanan pasti melahirkan pembelajaran yang membuatmu betah dan ketagihan untuk menyiapkan perjalanan berikutnya yang tentu saja akan membuahkan keahlian tambahan untukmu, yakni bercerita. Tanyakan pada Ibnu Batuta bila tak percaya. Atau, jika kamu malu menanyakannya, kirimkan DM saja pada saya.
Desas desus yang beredar mengatakan bahwa hari ini adalah perayaan gegap gempita hari bumi. Kucoba mendekat ke dalam belantara tuk mengucap selamat.
Hening, lama tak ada jawaban.
Lalu kompak sekoloni pepohonan yang dituakan bergumam bersuara,
“Ibu semakin menua. Terkulai.
Ibu merindu sikap suka cita seperti sediakala kalian lakukan pada bumi, bijaksana nan seimbang. Namun, itu telah lalu, anak muda.”
Merunduk, kucoba memaknai.
“Bertahun-tahun dirayakan. Akan tetapi, semakin hari manusia terus menggerus paru bumi dan merampok rahimnya. Terutama, klan yang punya kuasa. Mungkin mereka lupa, makan dari hasil bumi, berdiri diatas bumi, bahkan kembalinya pun ke bumi. Lantas, mengapa harus bersifat bak langit?” Sambar sang pohon ulin.
“Nanti saja dirayakannya, bilamana mereka telah tersadarkan bahwa manusia sangat membutuhkan alam, dan kembali berlaku bijak. Seharusnya, tak hanya hari ini saja, anak muda. Namun, setiap hari. Gelorakan itu!” Tutupnya bijak.