Toraja merupakan suku yang mendiami dataran tinggi pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan. suku ini memliki populasi sekitar 1 juta jiwa atau sekitar 500 ribu orang yang diantaranya masih tinggal di Tanah Toraja.
Mayoritas masyarakat Toraja memeluk agama Kristen, suku toraja dikenal memiliki banyak sekali ritual mulai dari pemakaman, ukiran kayu dan juga rumah adat tongkonan.
1. UPACARA PEMAKAMAN TORAJA RAMBU SOLO
Rambu solo memiliki arti yaitu “asap yang turun ke bawah” yang berarti ritus yang dilaksanakan dan duipersembahkan untuk orang mati.atau bisa juga disebut upacara kematian
Upacara rambu solo biasanya dilakukan pada pukul 12 siang yang dimaan matahari sedang bearada disebelah barat dan tengah dan bergerak menurun.
acara ini tidak ada undangan khusus seperti acara syukuran pada umumnya, karena setiap warga toraja menyadari solidaritas dalam persekutuan antara masyarakat. Nilai-nilai dalam upacara ini sangat dihayati oleh masyarakat toraja.
Menurut kepercayaannya, orang yang meninggal dunia belum mendapat kesempurnaan sampai mendapatka upacara rambu solo dan yang mana jasad mereka akan tetap hidup seperti orang hidup dan hanya akan dianggap sakit sampai mereka dapat melakukan upacara rambu solo tersebut.
Untuk melakukan acara adat rambu solo ini memerlukan banyak biaya karena mereka akan mengorbankan beberapa kerbau dan juga babi yang dipercaya akan menghantarkan arwah tersebut menuju peristirahatan terakhirnya. dan juga kerbau yang dikorbankan diacara ini bukan kerbau sembaragan karena biasanya orang toraja akan menggunakan kerbau bule yang sangat mahal jadi tidak heran jika upacara rambu solo ini bisa mencapai harga milyaran dlam sekali upacara.
2.MA’TINGGORO TEDONG
Ma’tinggoro Tedong sendiri adalah tradisi menyembelih kerbau dengan sekali tebas menggunakan parang. tradisi ini pada umumnya dilakukan oleh orang sudah berpengalaman. tradisi ini juga banyak menuai kontroversi dimasyarakat luar toraja. namun bagi orang toraja tradisi ini tidak bisa ditinggalkan karena sudah menajdi tradisi leluhur yang tidak dapat diubah.
3. RITUAL ADAT MA’NENE
Ma’Nene sendiri merupakan tradisi membersihkan jasad para leluhur yang sudah meninggal dunia.
Walaupun tradisi ini sudah tidak terlalu sering dilakukan namun beberapa daerah tana toraja masih ada yang melakukannya secara rutin setiap tahunnya.
ritual ini dimual dengan mendatangi patane untuk mengambil jasad anggota yang telah meninggal dunia.
Patane adalah sebuh rumah kuburan keluarga. jasad yang sudah dikeluarkan dari kuburan akan dibersihkan , dan digantikan pakaiannya dengan pakaian baru setelah itu jasad kembali dibungkus dan dikembalikan ke patane.
Ritual ma”nene baisanya dilakukan oleh kesepakatan satu keluarga besar atau satu desa sehingga acara ini akan memakan waktu yang cukup lama dan akan ditutup dengan melakukan iabadah di tongkonan.
ritual ini baisanya dilakukan setelah masa panen dikarenakan pada masa itu biasanya para anggota keluarga yang merantau akan kembali pulang dan berkumpul bersama